Rabu, 03 Desember 2008

Metode Penelitian Kualitatif

METODE PENELITIAN KUALITATIF
OLEH: ASRO'I, S.Ag, M.Pd
DOSEN STAI ALHAMIDIYAH DEPOK
MAHASISWA S3 UPI BANDUNG

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam perjalan sejarah manusia, ia berusaha mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense) dan ilmu pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam semesta ini seperti adanya, oleh karena itu manusia dalam menggali ilmu tidak dapat terlepas dari gejala-gejala yang berada didalamnya. Dan sifat ilmu pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam mememecahkan masalah tidak memiliki kemutlakan seperti agama yang memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini. Sekalipun demikian ilmu perlu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi. Sebagai contoh, bagaimana kita mendefinisikan manusia, maka berbagai pengertianpun akan muncul pula. Contoh : Siapakah manusia iu ? jawab ilmu ekonomi ialah makhluk ekonomi, Sedang ilmu politik akan menjawab bahwa manusia ialah political animal, dan dunia pendidikan akan mengatakan manusia ialah homo educandum.
Terdapat beberapa cara manusia mencari kebenaran, Yaitu:
1. Trial And Error. Cara mendapatkan kebenaran ialah dengan menggunakan metode “trial and error” yang artinya coba-coba. Metode ini bersifat untung-untungan. Salah satu contoh ialah model percobaan “problem box” oleh Thorndike. Percobaan tersebut adalah seperti berikut: seekor kucing yang kelaparan dimasukkan kedalam “problem box”—suatu ruangan yang hanya dapat dibuka apabila kucing berhasil menarik ujung tali dengan membuka pintu. Karena rasa lapar dan melihat makanan di luar maka kucing berusaha keluar dari kotak tersebut dengan berbagai cara. Akhirnya dengan tidak sengaja si kucing berhasil menyentuh simpul tali yang membuat pintu jadi terbuka dan dia berhasil keluar. Percobaan tersebut mendasarkan pada hal yang belum pasti yaitu kemampuan kucing tersebut untuk membuka pintu kotak masalah.
2. Melalui otoritas. Kebenaran bisa didapat melalui otoritas seseorang yang memegang kekuasaan, seperti seorang raja atau pejabat pemerintah yang setiap keputusan dan kebijaksanaannya dianggap benar oleh bawahannya. Dalam filsafat Jawa dikenal dengan istilah ‘Sabda pendita ratu” artinya ucapan raja atau pendeta selalu benar dan tidak boleh dibantah-lagi.
3. Berpikir Kritis / Berdasarkan Pengalaman. Contoh dari metode ini ialah berpikir secara deduktif dan induktif. Secara deduktif artinya berpikir dari yang umum ke khusus, sedang induktif dari yang khusus ke yang umum. Metode deduktif sudah dipakai selama ratusan tahun semenjak zamannya Aristoteles.
4. Melalui Penyelidikan Ilmiah. Menurut Francis Bacon, kebenaran baru bisa didapat dengan menggunakan penyelidikan ilmiah, berpikir kritis dan induktif. Catatan : Selanjutnya Bacon merumuskan ilmu adalah kekuasaan. Dalam rangka melaksanakan kekuasaan, manusia selanjutnya terlebih dahulu harus memperoleh pengetahuan mengenai alam dengan cara menghubungkan metoda yang khas, sebab pengamatan dengan indera saja, akan menghasilkan hal yang tidak dapat dipercaya. Dengan demikian pengamatan harus dilakukan secara sistematis, artinya dilakukan dalam keadaan yang dapat dikendalikan dan diuji secara eksperimantal sehingga tersusunlah dalil-dalil umum. Metode berpikir induktif yang dicetuskan oleh F. Bacon selanjutnya dilengkapi dengan pengertian pentingnya asumsi teoritis dalam melakukan pengamatan serta dengan menggabungkan peranan matematika semakin memacu tumbuhnya ilmu pengetahuan modern yang menghasilkan penemuan-penemuan baru, seperti pada tahun 1609 Galileo menemukan hukum-hukum tentang planet, tahun 1618 Snelius menemukan pemecahan cahaya dan penemuan-penemuan penting lainnya oleh Boyle dengan hukum gasnya, Hygens dengan teori gelombang cahaya, Harvey dengan penemuan peredaran darah, Leuwenhock menemukan spermatozoide, dan lain-lain.
5. Penalaran. Yang dimaksud dengan penalaran ialah kegiatan berpikir menurut pola tertentu, menurut logika tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan pengetahuan. Aliran yang menggunakan penalaran sebagai sumber kebenaran ini disebut aliran rasionalisme dan yang menganggap fakta dapat tertangkap melalui pengalaman sebagai kebenaran disebut aliran empirisme.
6. Logika (Cara Penarikan Kesimpulan). Yang dimaksud dengan logika sebagaimana didefinisikan oleh William S.S ialah “pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid). Dalam logika ada dua macam yaitu logika induktif dan deduktif. Contoh menggunakan logika ini ialah model berpikir dengan silogisma, seperti contoh dibawah ini :
Premis mayor : Semua-manusia-akhirnya mati
Premis minor : Amir manusia
Kesimpulan : Amir akhirnya akan mati
Sumber pengetahuan dalam dunia ini berawal dari sikap manusia yang meragukan setiap gejala yang ada di alam semesta ini. Manusia tidak mau menerima saja hal-hal yang ada termasuk nasib dirinya sendiri. Rene Descarte pernah berkata “DE OMNIBUS DUBITANDUM” yang mempunyai arti bahwa segala sesuatu harus diragukan. Dari berbagai aliran ini, maka muncullah pula berbagai kriteria kebenaran.
Beberapa kriteria kebenaran diantaranya ialah:
1. Teori Koherensi (Konsisten)
Menurut teori koherensi ialah bahwa suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contohnya ialah matematika yang bentuk penyusunannya, pembuktiannya berdasarkan teori koheren.

2. Teori Korespondensi (Pernyataan sesuai kenyataan)
Teori korespondensi dipelopori oleh Bertrand Russel. Dalam teori ini suatu pernyataan dianggap benar apabila materi pengetahuan yang dikandung berkorespondensi dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Contohnya ialah apabila ada seorang yang mengatakan bahwa ibukota Inonesia adalah Jakarta, maka pernyataan itu benar. Sedang apabila dia mengatakan bahwa ibukota Indonesia adalah Bandung, maka pernyataan itu salah karena tidak sesuai kenyataan.

3. Teori Pragmatis (Kegunaan di lapangan)
Tokoh utama dalam teori ini ialah Charles S Pierce. Teori pragmatis mengatakan bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Kriteria kebenaran didasarkan atas kegunaan teori tersebut. Disamping itu aliran ini percaya bahwa suatu teori tidak akan abadi, dalam jangka waktu tertentu itu dapat diubah dengan mengadakan revisi.








BAB II
METODE PENELITIAN

A. DEFINISI
Metode berarti cara, teknik atau pendekatan yang digunakan untuk kepentingan tertentu. Sedangkan makna penelitian adalah seperti berikut:
Penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menerapkan sesuatu.
Penelitian adalah seni dan ilmu guna mencari jawaban terhadap suatu permasalahan.
Penelitian adalah suatu cara pengamatan atau inkuiri dan bertujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau proses penemuan.
Penelitian berasal dari bahasa Inggris research, kata re berarti kembali, dan search berarti mencari. Dengan demikian research berarti mencari kembali.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mencari data dengan tujuan dan manfaat tertentu.
Cara ilmiah berarti upaya yang dilakukan dalam penelitian dengan pendekatan logis, sistematis, dan faktual. Data berarti informasi yang memiliki bukti faktual yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas tertentu. Tujuan penelitian mencakup 3 P, yaitu penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Manfaat atau kegunaan tertentu dalam penelitian yang dimaksud adalah mencakup 3 M, yaitu untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi berbagai persoalan yang membutuhkan jawaban.

B. KRITERIA METODE ILMIAH
1. Berdasarkan fakta.
2. Bebas dari prasangka.
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisis.
4. Menggunakan hipotesis.
5. Menggunakan ukuran objektif.

C. LANGKAH – LANGKAH DALAM METODE ILMIAH
Dalam metode ilmiah, diperlukan tahapan yang harus dilalui sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan, yaitu:
1. Merumuskan serta mendefinisikan masalah.
2. Mengadakan studi kepustakaan.
3. Memformulasikan hipotesis.
4. Menentukan model untuk menguji hipotesis.
5. Mengumpulkan data.
6. Menyusun, menganalisis, dan memberikan interpretasi.
7. Membuat generalisasi dan kesimpulan.
8. Membuat laporan ilmiah.

D. JENIS-JENIS METODE DALAM PENELITIAN ILMIAH
Dilihat dari segi kealamian datanya, penelitian dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu penelitian eksperimental, penelitian survei, dan penelitian natural.

1. Metode Eksperimen
Eksperimen adalah observasi dibawah kondisi buatan yang dibuat dan diatur oleh peneliti. Penelitian ini biasanya bertempat di lab dan ada perlakuan dari penelitinya. Kriteria umum penelitian eksperimen ini adalah:
Ø Masalah yang dipilih dapat dipecahkan
Ø Faktor-faktor dan variabel harus jelas
Ø Percobaan harus dilakukan dengan tepat
Ø Ketelitian saat observasi sangat diperlukan
Ø Metode, materi dan referensi harus jelas
Ø Interpretasi harus tepat

2. Metode Survei
Metode survei adalah metode pencarian data dari suatu obyek tertentu kemudian dilakukan interpretasi yang tepat. Penelitian survei mencangkup metode penelitian yang lebih luas karena bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, dan membuat predikat serta mendapat makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Ciri dari metode penelitian survei ini adalah memiliki lokasi alamiah dan ada perlakuan dari peneliti terhadap obyek yang diteliti. Langkah – langkah umum dalam metode survei ini adalah:
Ø Memilih dan merumuskan masalah
Ø Menentukan tujuan dari penelitian
Ø Memberikan limitasi dari area
Ø Mempunyai teori-teori yang kuat
Ø Menelusuri sumber-sumber kepustakaan
Ø Merumusakan hipotesis yang ingin diuji
Ø Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data
Ø Membuat tabulasi dan analisis statistik
Ø Memberikan interpretasi
Ø Mengadakan generalisasi dan deduksi dari penemuan serta hipotesis yang ingin diuji
Ø Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.

3. Metode Naturalistik
Metode naturalistik adalah metode penelitian yang berlangsung secara alamiah dan tidak ada perlakuan dari peneliti terhadap obyek yang diteliti. Yang termasuk kedalam metode ini adalah penelitian kualitatif, dimana peneliti merupkan instrumen yang langsung membaur pada obyek penelitian yang berjalan secara alamiah.

E. JENIS – JENIS PENELITIAN
1. Penelitian Dasar
Penelitian dasar adalah pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil suatu aktifitas. Hasil dari penelitian dasar adalah pengertian-pengertian tentang alam dan hukum-hukumnya. Jenis penelitian ini banyak dijumpai dalam bidang ilmu-ilmu alam, kedokteran, fisika, dll.
2. Penelitian Terapan
Penelitian terapan adalah penyelidikan yang hati-hati, sistematis da terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu. Hasil dari penenlitian ini bukan merupakan penemuan baru, akan tetapi merupakan aplikasi baru dari penelitian yang telah ada.

F. BEBERAPA CIRI KHAS PENELITIAN
Menurut Crawford (1928) ada 8 kriteria penting yang menjadi ciri dari penelitian, yaitu :
1. Penelitian harus berkisar disekeliling masalah yang ingin dipecahkan.
2. Penelitian harus mengandung unsur-unsur orisinalitas.
3. Penelitian harus didasarkan pada pandangan ” ingin tahu”.
4. Penelitian harus berdasarkan asumsi bahwa suatu fenomena mempunyai hukum dan pengaturan.
5. Penelitian untuk menemukan generelasi.
6. Penelitian merupakan studi tentang sebab – akibat.
7. Penelitian harus menggunakan pengukuran yang akurat.
8. Penelitian harus menggunakan teknik yang jelas.
BAB III
PENELITIAN KUALITATIF

Penelitian berusaha untuk mencapai kebenaran atau menemukan teori-teori ilmiah. Penelitian dalam konteks ini dapat dipahami sebagai proses epistemologis untuk mencapai kebenaran. Sumber kebenaran semata-mata berasal dari realitas empiris-sensual, demikian pandangan positivisme. Sunarto (1993) menjelaskan, August Comte yang dianggap sebagai peletak dasar positivisme memperkenalkan “hukum tiga jenjang” perkembangan intelektual manusia, yakni: jenjang teologi, metafisika, dan positivis. Hal ini tercermin dari cara manusia menjelaskan berbagai gejala sosial ekonomi. Manusia pada jenjang pertama mengacu kepada hal-hal yang bersifat adikodrati; pada jenjang kedua mengacu kepada kekuatan-kekuatan metafisik, dan pada jenjang ketiga mengacu pada deskripsi dan hukum-hukum ilmiah. Positivisme tidak mengakui – atau setidaknya menganggap rendah -- hal-hal yang di luar empiris-sensual manusia.
Bertolak dari hukum-hukum ilmiah, positivisme menekankan bahwa obyek yang dikaji harus berupa fakta, dan bahwa kajian harus mengarah kepada kepastian dan kecermatan. Menurut Comte, sarana yang dapat dilakukan untuk melakukan kajian ilmiah ialah: pengamatan, perbandingan, eksperimen, dan metode historis. Positivisme, menurut Muhadjir (2000) – yang guru besar filsafat ilmu dan metode penelitian – tidak mempertentangkan antara logika induktif atau deduktif, melainkan lebih menekankan fakta empiris yang menjadi sumber teori dan penemuan ilmiah.
Berbeda dengan positivisme, rasionalisme menekankan bahwa ilmu berasal dari pemahaman intelektual yang dibangun atas kemampuan argumentasi secara logik. Karena itu, yang penting bagi rasionalisme ialah ketajaman dalam pemaknaan empiri. Muhadjir (2000) menegaskan, pemahaman intelektual dan kemampuan argumentatif perlu didukung data empirik yang relevan, agar produk ilmu yang berlandaskan rasionalisme betul-betul ilmu, bukan fiksi. Bagi rasionalisme fakta empirik bukan hanya yang sensual, melainkan ada empiri logik, empiri teoritik, dan empiri etik. Misalnya: ruang angkasa, peninggalan sejarah masa lampau, dan jarak sekian tahun juta cahaya, semuanya merupakan realitas tetapi tidak mudah dihayatti secara sensual melainkan dapat dihayati secara teoritik. Karena itu, rasionalisme mengakui realitas empirik teoritik dan empiris logik (Muhadjir, 2000: 81-2).

A. KONSEP DASAR PENELITIAN KUALITATIF
1. David Williams (1995)
Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Definisi ini memberi gambaran bahwa penelitian kualitatif mengutamakan latar alamiah, dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah.
2. Denzin dan Lincoln (1987)
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud mentafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
3. Jane Richie
Penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perfektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang teliti.
Dalam pengertian lain, bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang memiliki konteks khusus.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau kuantifikasi lainnya.
Dari definisi-definisi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

B. PEMANFAATAN PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif dimanfaatkan untuk keperluan:
1. Sebagai penelitian awal dimana subjek penelitian tidak didefinisikan secara baik dan kurang dipahami.
2. Upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian motivasional.
3. Untuk penelitian konsultatif.
4. Memahami isu-isu rumit.
5. Memahami isu-isu rinci tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi seseorang.
6. Untuk memahami isu-isu yang sensitif
7. Untuk keperluan evaluasi
8. Untuk mengetahui latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti malalui penelitian kuantitatif
9. Untuk meneliti tentang latar belakang subjek
10. Untuk lebih dapat memahami setiap fenomena yang belum banyak diketahui
11. Untuk menemukan perspektif baru
12. Peneliti bermaksud meneliti lebih dalam

C. KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF
1. Latar Alamiah
Peneliti kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu kebutuhan (entry). Hal tersebut didasarkan atas asumsi:
a. Tindakan pengamat mempengaruhi apa yang dilihat, karena itu hubungan peneliti harus mengambil tempat pada keutuhan-dalam konteks untuk keperluan pemahaman.
b. Konteks sangat menentukan dalam penetapan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi konteks lainya, yang berarti bahwa suatu fenomena harus diteliti dalam keseluruhan pengaruh lapangan.

2. Manusia sebagai alat (instrumen)
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpulan data utama. Jika memanfaatkan alat yang bukan manusia, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan selama proses penelitian.

3. Metode Kualitatif
Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode ini digunakan karena :
a. Metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden.
b. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

4. Analisis data secara induktif
a. Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan yang jamak yang terdapat dalam data.
b. Lebih dapat membuat hubungan peneliti, responden lebih eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel.
c. Lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan dapat-tidaknya pengalihan pada latar lainya.
d. Lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan.
e. Dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.

5. Teori dasar (grounded theory)
a. Tidak ada teori apriori yang dapat mencakupi kenyataan-kenyataan jamak yang mungkin akan dihadapi.
b. Mempercayai apa yang dilihat sehingga berusaha untuk menjadi netral.
c. Teori dari dasar lebih dapat responsif terhadap nilai-nilai kontekstual.

6. Deskriptif
Data yang dukumpulkan berupa kata-kata, gambar data tersebut kemungkinan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainya, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.



7. Lebih mementingkan proses dari pada hasil
Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.

8. Desain yang bersifat sementara
a. Tidak dapat dibayangkan kenyataan-kenyataan jamak sebelumnya yang terjadi dilapangan.
b. Tidak dapat diramalkan apa yang akan berubah.
c. Bermacam-macam sistem nilai yang berhubungan dengan cara yang tidak dapat diramalkan.

9. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama
a. Susunan kenyataan dari obyek penelitian yang akan diangkat oleh peneliti.
b. Hasil penelititan tergantung pada kualitas hubungan antara peneliti dan objek.
c. Konfirmasi hipotesis kerja akan menjadi lebih baik verifikasinya apabila diketahui oleh orang-orang yang ada kaitannya dengan yang diteliti.

D. KARAKTERISTIK METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif perspektif yang akan digunakan untuk memahami dan menggambarkan realitas. Karena itu, peneliti kualitatif berpendirian ekspansionis, tidak reduksionis. Ia tidak menggunakan proposisi yang berangkat dari teori melainkan menggunakan pengetahuan umum yang sudah diketahui serta tidak mungkin dinyatakan dalam bentuk proposisi dan hipotesis. Karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak terdapat hipotesis tentatif yang hendak diuji berdasarkan data lapangan.
Karakteristik penelitian kualitatif adalah paradigma alamiah yang menjdi pegangan penelitian kualitatif melahirkan karakteristik metode yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Di antara unsur-unsur metode penting yang membedakan kedua jenis penelitian itu ialah: satuan kajian, desain, instrumen, waktu pengumpulan dan analisis data.
Penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif yang menggunakan satuan kajian berupa variabel. Variabel ditempatkan menjadi variabel bebas dan variabel terikat berdasarkan teori, proposisi dan hipotesis. Karakteristik sosio-demografis, misalnya, dapat menjadi variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap laju adopsi inovasi. “Laju adopsi” dalam konteks ini menjadi variabel terikat. Tetapi dalam konteks lain, seperti yang dipertanyakan Bordenave (1976) tentang pengaruh adopsi inovasi terhadap pemerataan asset yang dimiliki, “adopsi inovasi” menjadi variabel bebas, sedangkan “pemerataan asset” menjadi variabel terikat. Sekali lagi, penempatan variabel menjadi variabel bebas dan variabel terikat bersifat manipulatif, tergantung kepada teori dan hipotesis yang hendak dibuktikan dan dilakukan pengujian.
Penelitian kualitatif yang berlatar alamiah tidak menggunakan variabel sebagai satuan kajian melainkan pola-pola yang terdapat dalam masyarakat. Untuk lebih jelas yang membedakan penelitian kualitatif dengan kuantitatif adalah seperti pada tabel berikut:

Unsur-Unsur Metodologis
Paradigma
Ilmiah
Alamiah
Satuan kajian
Variabel
Pola-pola
Desain
Pasti/baku
Berubah-ubah
Instrumen Penelitian
Kertas, pinsil atau alat fisik lain
Peneliti
Penetapan waktu peng-umpulan dan analisis data
Sebelum penelitian
Selama dan sesudah penelitian

BAB IV
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF

A. PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF
Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu di dalam struktur (Bagian dan Hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (Prilaku yang di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu).
Ada beberapa macam paradigma, tetapi yang paling mendominasi ilmu pengetahuan, ada dua macam, yaitu paradigma ilmiah (Scientific Paradigm) dan Paradigma alamiah (Naturalistic Paradigm). Paradigma Ilmiah bersumber dari pandangan positivisme sedangkan Paradigma Alamiah bersumber pada pandangan Fenomenologis.

1. Hakekat Kenyataan (Ontologi)
Menurut Positivisme; terdapat kenyataan tunggal, nyata terbagi-bagi ke dalam variabel bebas, dan proses yang dapat diteliti secara terpisah dari yang lainnya; penelitian ini dapat dikonvergensikan sehingga kenyataan pada akhirnya dapat dikontrak dan dapat diramalkan.
Menurut Alamiah; terdapat kenyataan yang dibentuk secara jamak yang hanya dapat diteliti secara holistik, penelitian terhadap kenyataan jamak ini akan berdivergensi (setiap penemuan tidak menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban) sehingga pengontrolan dan peramalan tidak dikehendaki.

2. Hubungan Antara Pencari Tahu dan Obyek Yang Diketahui
Menurut Positivisme; pencari tahu dan objek penelitian adalah bebas, pencari tahu dan yang diketahui membentuk dualisme yang diskrit.
Menurut Alamiah; pencari tahu dan objek penelitian berinteraksi, sehingga saling mempengarui satu dengan yang lainnya pencari tahu tidak dapat dipisahkan.

3. Kemungkinan Hubungan Kausalitas
Menurut positivisme; setiap tindakan dapat diterangkan sebagai sebab atau akibat dari suatu sebab sesungguhnya yang mendahului akibat tersebut secara sementara (kemungkinan terjadi bersama-sama dengan hal itu).
Menurut Alamiah; seluruh kebulatan berada dalam keadaan saling mempertajam secara simultan, sehingga tidak mungkin membedakan penyebab dari akibat.

4. Peranan Nilai (Aksiologi)
Menurut positivisme; penelitian adalah bebas nilai dan dapat dijamin oleh kebaikan pelaksanaan metode obyektif.
Menurut Alamiah; penelitian terikat oleh nilai, paling tidak dalam 4 cara, yaitu sebagai berikut :
a) Penelitian dipengaruhi oleh nilai-nilai peneliti yang dinyatakan dalam pemilihan masalah dan dalam menyusun kerangka, mengikat dan memfokuskan masalah itu.
b) Penelitian dipengaruhi oleh pemilihan paradigma yang membimbing kearah penentuan masalah.
c) Penelitian dipengaruhi oleh pemilihan teori subtantif yang dimanfaatkan guna membimbing pengumpulan dan analisis data serta penafsiran penemuan.
d) Penelitian dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berada dalam konteks.


PERBEDAAN PARADIGMA PENELITIAN KUANTITATIF (ILMIAH)
DAN KUALITATIF (ALAMIAH)
MODUS KUANTITATIF (ILMIAH)
MODUS KUALITATIF (ALAMIAH)
· Asumsi
Ø Fakta Sosial memiliki kenyataan obyektif.
Ø Mengutamakan metode.
Ø Variabel dapat di identifikasikan dan hubungan-hubungannya dapat diukur.
Ø Etik (Pandangan dari luar).

· Maksud
Ø Generalisasi.
Ø Prediksi.
Ø Penjelasan kausal
· Asumsi
Ø Kenyataan di bangun secara sosial.
Ø Mengutamakan bidang penelitian.
Ø Variabel kompleks, terkait satu dengan yang lainnya, dan sukar di ukur.
Ø Emik (Pandangan dari dalam).
· Maksud
Ø Kontekstualisasi.
Ø Interpretasi
Ø Memahami persfektif subyek


B. TEORI DALAM PENELITIAN
Dalam kaitannya dengan teori, penelitian kuantitatif itu bersifat menguji hipotesis atau teori, sedangkan dalam penelitian kualitatif bersifat menemukan teori. Dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori yang harus dimiliki oleh peneliti kualitatif jauh lebih banyak karena harus disesuaikan dengan fenomena yang berkembang di lapangan.
Terdapat banyak makna teori dari beberapa ahli dalam ilmu penelitian, diantaranya:
a) Menurut Kerlinger(1965:11) bahwa teori adalah sekumpulan konstruk (konsep), definisi, dan dalil yang saling terkait yang menghadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variabel, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena.
b) Menurut Hage (1972:172) bahwa teori adalah konsep-konsep dan definisi-definisi yang dituangkan kedalam istilah-istilah sederhana dan tegas yang saling bertalian.
c) Menurut Gibbs (1972:5) bahwa teori adalah sekumpulan pernyataan yang saling berkaitan secara logis dalam bentuk penegasan empiris mengenai sifat-sifat dari kelas-kelas yang tidak terbatas dari berbagai kejadian atau benda.
d) Menurut James A. Black (1999:49) bahwa teori adalah sekumpulan dalil yang berkaitan secara sistematis yang menetapkan kaitan sebab akibat diantara variabel-variabel.
Dari segi fungsinya, menurut Snelbecker (1974 : 28-31) terdapat 4 fungsi pokok teori, yaitu :
a) Mengsistematiskan penemuan-penemuan penelitian
b) Menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis dan dengan hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban.
c) Membuat ramalan atas dasar penemuan, dan
d) Menyajikan penjelasan untuk menjawab pertanyaan; mengapa ?










BAB V
TAHAPAN PENELITIAN

Penelitian yang benar salah satunya harus dilakukan melalui tahapan-tahapan yang jelas, yaitu:
1. Tahap pra lapangan
2. Tahap pekerjaan lapangan
3. Tahap analisis data
1. Tahap Pra Lapangan
a) Menyusun rencana penelitian
b) Memilih lapangan penelitian yang disesuaikan dengan perumusan masalah
c) Mengurus perizinan kepada pemerintah setempat Rt/Rw atau Pimpinan adat dan sebagainya
d) Menjajaki dan menilai lapangan
e) maksud dan tujuannya adalah berusaha mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik dan keadaan alam, agar peneliti dapat mempersiapkan diri.
f) Memilih dan memanfaatkan informasi. Informasi adalah orang dalam latar penelitian atau orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar peneltian.
g) Menyiapkan perlengkapan penelitian.
h) Menjaga etika penelitian.
2. Tahap Pekerjaan lapangan
a) Memahami latar penelitian dan persiapan diri
- Peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu yang didalamnya merupakan subyek yang akan diteliti.
- Penampilan hendaknya disesuaikan dengan masyarakat setempat (berpakaian sopan, maupun bertutur kata).
- Pengenalan hubungan peneliti dilapangan. Peneliti hendaknya akrab dengan obyek yang diteliti bersifat netral, tidak sombong.
- Jumlah waktu studi. Peneliti harus pandai mengatur waktu, jangan sampai membuang waktu pada hal-hal yang tidak penting.
b) Memasuki lapangan
- Keakraban hubungan; hubungan peneliti dengan subyeknya harus dipelihara seharmonis mungkin.
- Mempelajari bahasa; jika peneliti dan obyek latar memiliki bahasa yang berbeda. Peneliti setidaknya dapat mempelajari bahasa itu agar mempermudah dalam penelitian.
- Peranan peneliti; peneliti hendaknya memanfaatkan pengetahuannya secara profesional walaupun tidak perlu secara penuh, untuk memahami & dapat menjelaskan suatu hal atau kejadian.
c) Berperan serta sambil mengumpulkan data
- Pengarahan batas studi; peneliti hendaknya menjadwalkan topik kegiatan apa saja yang dapat diikuti. Jika hal itu dilakukan, peneliti dapat melakukan pengendalian dirinya pada seluruh lingkungan penelitian.
- Mencatat data; catatan lapangan yang dibuat peneliti pada saat mengadakan pengamatan wawancara / menyelesaikan suatu kejadian tertentu.
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data merupakan tahapan mengkategorikan, mengurai, dan menyipulkan data yang diperoleh dari lapangan.
a) Analisis data, yaitu mengurai data yang diperoleh dari pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan.
b) Interpretasi Data
Merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan
BAB VI
MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF

A. MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Dalam penelitian kualitatif, terjadi tiga kemungkinan terhadap “masalah” yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian. Pertama masalah yang dibawa oleh peneliti masalahnya tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian sama. Dengan demikian judul proposal dengan judul laporan penelitian sama. Ke dua masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan. Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup disempurnakan. Ke tiga masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga harus diganti masalahnya. Dengan demikian judul proposal dengan judul penelitian tidak sama dan judulnya harus diganti.
Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban (Guba, 1978:88), dan dalam hal ini mungkin berupa konsep, data empiris, pengalaman, atau unsur lainnya.
Dalam pandangan lain, masalah didefinisikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi, antara yang diharapan dengan kenyataan. Sedangkan rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya melalui pengumpulan dan analisis data kemudian dijadikan kesimpulan hasil penelitian.



B. FOKUS PENELITIAN SEBAGAI PEMBATASAN MASALAH
Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu, yaitu apakah ia sebagai peneliti, evaluator, ataukah sebagai peneliti kebijakan. Dengan demikian, maka ada tiga macam masalah, yaitu masalah untuk peneliti, evaluasi untuk evaluator, dan pilihan kebijakan untuk peneliti kebijakan.
Penetapan atau masalah dalam penelitian kualitatif bagaimana pun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti sudah di arena atau lapangan penelitian.
Pembatasan masalah merupakan tahap yang sangat menentukan dalam penelitian kualitatif walaupun sifatnya masih tentatif.
Pertama, suatu penelitian tidak dimulai dari sesuatu yang vakum atau kosong. Implikasinya, peneliti seyogyanya membatasi masalah studinya yang bertumpu pada acuan teori yang mendasari penelitian (biasanya hal itu dimasukkan dalam bab 2).
Ke dua, pada dasarnya masalah pokok bersumber dari pengalaman peneliti berupa pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan. Implikasinya, apabila peneliti merasakan adanya masalah, seyogyanya ia mendalami kepustakaan yang relevan sebelum terjun ke lapangan. Dengan demikian, peneliti akan tahu persis data yang perlu dikumpulkan dan yang tidak perlu dikumpulkan.
Spradley dalam Sanapiah Faisal (1988) mengemukakan empat alternatif untuk menetapkan fokus yaitu:
a) Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.
b) Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu.
c) Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek.
d) menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada.
C. PERUMUSAN MASALAH
Ada dua maksud dalam merumuskan masalah penelitian. Pertama, penetapan rumusan masalah untuk membatasi studi yang dilakukan. Kedua, penetapan itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau kriteria masuk-keluar (inclusion-exclusion) suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan.
Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu peneliti untuk mengumpulkan data di lapangan. Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif,komparatif dan asosiatif.
a) Rumusan masalah deskriftif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Contoh: Bagaimana sikap masyarakat terhadap Perguruan Tinggi Negeri dengan status badan hukum?
b) Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks sosial atau domain satu dibandingkan dengan domain yang lain. Contoh: Adakah perbedaan cara berpikir masyarakat pedesaan dengan perkotaan?
c) Rumusan masalah asosiatif atau hubungan adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkontruksi hubungan antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya. Contoh: Apakah terdapat keterkaitan antara kekerasan orang tua pada anak dengan rasa percaya dirinya?





D. PRINSIP DALAM PERUMUSAN MASALAH
Prinsip yang disajikan dalam perumusan masalah pada dasarnya bersifat luwes, artinya dapat-tidaknya digunakan seluruh atau sebagian prinsip diserahkan kepada peneliti. Secara umum prinsip-prinsip perumusan masalah diuraikan sebagai berikut :
1. Prinsip yang berkaitan dengan teori dari dasar
Penelitian hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitian didasarkan atas upaya menemukan teori dari dasar sebagai acuan utama. Dengan begitu berarti bahwa masalah sebenarnya terletak dan berada di tengah-tengah kenyataan, atau fakta, atau fenomena.
2. Prinsip yang berkaitan dengan maksud perumusan masalah
Pada dasarnya inti penelitian kualitatif terletak pada upaya penemuan dan penyusunan teori baru lebih dari sekedar menguji, atau mengkonfirmasikan, atau verifikasi suatu teori yang sedang berlaku. Sehubungan dengan hal itu, perumusan masalah di sini bermaksud menunjang upaya penemuan dan penyusunan teori substantif, yaitu teori yang bersumber dari data.
3. Prinsip hubungan faktor
Fokus sebagai sumber masalah penelitian merupakan rumusan yang terdiri atas dua atau lebih faktor yang menghasilkan tanda-tanda atau kebingungan. Faktor-faktor itu dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena. Tiga aturan tertentu yang perlu ditimbangkan oleh peneliti pada waktu perumusan masalah tersebut, yaitu (1) adanya dua atau lebih faktor, (2) faktor-faktor itu dihubungkan dalam suatu hubungan yang bermaksud, dan (3) hasil pekerjaan menghubungkan tadi berupa suatu keadaan yang menimbulkan tanda-tanda atau hal yang membingungkan, jadi suatu keadaan bersifat tanda-tanya, yang memerlukan pemecahan atau upaya untuk menjawabnya. Upaya itulah yang dilakukan peneliti untuk menjawab atau memecahkan persoalannya, dan hal itu biasanya dinamakan tujuan penelitian.

E. TAHAPAN MEMBUAT PERUMUSAN MASALAH
Berikut ini dikemukakan tentang tahapan-tahapan membuat perumusan masalah penelitian:
1) Menentukan fokus penelitian
2) Mencari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitannya dengan fokus tersebut.
3) Dari faktor-faktor yang terkait, kemudian dilakukan pengkajian mana yang sangat menarik untuk ditelah, kemudian ditetapkan mana yang dipilih untuk dijadikan perumusan dalam penelitian.
4) Mengkaitkan secara logis faktor-faktor subfokus yang dipilih dengan fokus penelitian.















BAB VII
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

A. SUMBER DATA
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video, pengambilan foto atau film. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.

1. Sumber Tertulis
Dilihat dari segi sumbernya, data berasal dari sumber tertulis berupa buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip.
Sumber tertulis lainnya adalah dokumen pribadi, yaitu tulisan tentang diri seseorang yang ditulisnya sendiri. Dokumen pribadi itu bisa berupa surat, buku harian, anggaran penerimaan atau pengeluaran diri atau rumah tangga dan lain-lain.
Pada instansi-instansi pemerintah biasanya ada dokumen resmi. Dokumen resmi sekolah misalnya berupa laporan rapat, daftar kemajuan staf pengajar, pegawai, dan lain-lain.

2. Foto
Saat ini foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah dan hasilnya sering dianalisis secara induktif.
Ada beberapa catatan yang perlu diingat pada peneliti jika menggunakan foto sebagai sumber data tambahan. Peneliti hendaknya mempunyai kemampuan khusus untuk itu. Selain apabila sumber datanya berasal dari gambar, foto, atau film (handy cam), akan baik sekali apabila data itu dimasukkan dalam catatan lapangan, barulah dianalisis.

3. Data Statistik
Peneliti kualitatif sering juga menggunakan data statistik yang lebih tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. Statistik dapat membantu memberi gambaran tentang kecenderungan subjek pada latar penelitian. Demikian pula statistik dapat membantu peneliti mempelajari komposisi distribusi penduduk dilihat dari segi usia, jenis kelamin, agama dan kepercayaan, mata pencarian dan lain-lain.

B. MANUSIA SEBAGAI INSTRUMEN
1. Pengalaman Berperan Serta
Pengamatan berperan serta menceritakan kepada apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi oenelitian memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan, pengamatan berperan serta pada dasarnya berarti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara secermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya. Bogdan (1972 : 3) mendefinisikan pengamatan berperan serta sebagai penelitian bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.

2. Manusia sebagai Instrumen Penelitian
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya dia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian disini tepat karena menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.

C. PENGAMATAN
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln sebagai berikut:
Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung.
Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.
Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
Teknik pengamatan kemungkinan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit.
Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Pada zaman modern ini banyak alat yang digunakan sebagai pengganti alat pengamatan oleh manusia contonya penggunaan video recorder dan video tape.
Menurut Guba dan Lincoln (1981 : 203-306) ada beberapa cara mengenai pembuatan catatan:
Buku harian pengalaman lapangan
Catatan tentang satuan-satuan tematis
Catatan kronologis
Taksonomi dan sistem katagori
Jadwal
Sosiometri
Daftar cek
Alat elektronika yang disembunyikan

D. WAWANCARA
Wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan dengan dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara (Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Menurut Patton (1980 : 197) ada beberapa jenis wawancara yaitu :
Wawancara informal
Wawancara dengan petunjuk umum
Wawancara buku terbuka
Hal-hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan wawancara adalah:
Pelaksanaan Wawancara
Strategi dan taktik berwawancara
Pencatatan data wawancara
Kegiatan sesudah Wawancara

E. CATATAN LAPANGAN
Catatan lapangan berupa coretan seperlunya yang sangat di persingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan. Dan catatan ini berguna sebagai alat perantara yaitu antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium dan diraba.
Proses penulisan catatan lapangan dilakukan dengan memperhatikan:
1. Catatan Lapangan agar langsung dikerjakan, jangan menunda waktu sedikitpun.
2. Carilah tempat sepi yang memadai yang tidak terjangkau oleh gangguan dan siapkanlah alat-alat yang diperlukan.
3. Sediakanlah waktu secukupnya untuk keperluan membuat catatan lapangan.
4. Mulailah dengan memnuat kerangka, kemudian kerangka itu diperluas dengan coretan seperlunya tetapi harus di urutkan secara kronologis.
5. Selain secara kronologis, dapat pula disusun berdasarkan judul-judul.
6. Jika bagian tertentu telah selesai dan ternyata kemudian peneliti lupa akan sesuatu, jangan ragu untuk menambahkannya.
7. Pekerjaan menyusun catatan lapangan merupakan pekerjaan yang memakan waktu dan tenaga dan menimbulkan kebosanan, usahakan mencari jalan dan cara untuk mengatasinya.

F. PENGGUNAAN DOKUMEN
1. Dokumen Pribadi
Dokumen pribadi adalah catatan atau kerangka seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Ada tiga macam dokumen pribadi di antaranya yaitu, buku harian, surat pribadi, otobiografi.

2. Dokumen Resmi
Dokumen resmi terbagi menjadi dua macam, yaitu dokumen internal dan dokumen eksternal.
Dokumen Internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga yang digunakan dalam kalangan sendiri. Termasuk didalamnya risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, dan semacamnya.
Dokumen Eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media masa. Dokumen ini dapat di manfaatkan untuk menelaah konteks sosial, kepemimpinan, dan lain-lain.
BAB VIII
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA


A. ANALISIS DATA
Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, apa yang penting dan apa yang dipelajari.
Menurut Janice Mc Drury (Collaborative Group Analysis of data, 1999), bahwa tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut :
1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data
2. Mempelajari kata-kata yang ada dalam kunci itu
3. Menuliskan model yang ditemukan
4. Koding yang telah dilakukan

B. PENAFSIRAN DATA
1. Tujuan Penafsiran Data
Tujuan yang akan dicapai dalam penafsiran data ialah salah satu diantara tiga tujuan barikut : deskripsi semata-mata, deskripsi analitik, dan teori subtantif
Pada tujuan deskriptif semata-mata, analisis menerima dan menggunakan teori dan rencana organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin.
Pada deskripsi analitik, rancangan organisasional dikembangkan dari katagori-katagori yang ditemukan dan dihubungkan.
Pada penyusunan teori subtantif analisis harus menampakkan metafora atau rancangan yang telah dikerjakannya dalam analisis data.

2. Proses Umum Penafsiran Data
Tugas peneliti ialah mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak mungkin dari sudut pandang subjek tanpa mempengaruhi mereka.
Faktor waktu dalam penelitian cukup menentukan, jika tidak diperhatikan oleh peneliti, ada kemungkinan peneliti demikian asik dan tenggelam dalam kehidupan orang-orang pada latar penelitian sehingga waktu yang direncanakan itu jadi berantakan. Peneliti hendaknya senantiasa berpegang pada tujuan, masalah dan jadwal yang telah disusun sebelumnya.

C. KEABSAHAN DATA
Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi :
1. Mendemonstrasikan nilai yang benar.
2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan.
3. Memiliki konsistensi.
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas) menurut versi positivisme.










BAB IX
PROPOSAL ATAU RANCANGAN PENELITIAN

A. DEFINISI PROPOSAL PENELITIAN
Rancangan pada dasarnya merencanakan suatu kegiatan sebelum dilaksanakan. Kegiatan merencanakan itu mencakup komponen-koomponen penelitian yang diperlukan. Dalam banyak hal pada penelitian kualitatif komponen-komponen yang akan dipersiapkan itu masih bersifat kemungkinan atau sesuatu yang masih tentatif. Sehubungan dengan hal itu Lincoln dan Guba (1985:226) mendefinisikan proposal atau rancangan penelitian sebagai usaha merencanakan kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukan secara pasti apa yang dikerjakan dalam hubungan dengan unsurnya masing-masing. Rancangan penelitian diartikan sebagai usaha merencanakan dan menentukan segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam suatu penelitian kualitatif.

B. KOMPONEN PROPOSAL PENELITIAN

1. Penentuan Fokus Penelitian
Tidak ada satu pun penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanya fokus. Dengan kata lain, karena hal tersebut adalah sesuatu yang menimbulkan pertanyaan, dengan sendirinya perlu dicarikan jawabannya, yaitu dengan jalan mengumpulkan data pada latar penelitian atau di lapangan penelitian. Faktor dalam hal ini dapat berupa konsep, data empiris, pengalaman atau unsur lainnya yang apabila dikaitkan satu dengan lainnya akan menimbulkan persoalan atau kesukaran.
Penentuan fokus memiliki dua tujuan. Pertama, penetapan fokus membatasi studi yang berarti bahwa dengan adanya fokus, penentuan tempat penelitian menjadi lebih layak. Kedua, penentuan fokus secara efektif menetapkan kriteria inklusi-eksklusi untuk menyaring informasi yang mengalir masuk.

2. Penentuan Kesesuaian Paradigma dengan Fokus
Paradigma pada dasarnya berakar pada seperangkat kepercayaan seseorang yang disebut paradigma/aksioma. Dalam penelitian kuantitatif dikenal istilah kerangka berpikir yang menjadi, sedangkan dalam penelitian kualitatif dikenal dengan paradigma penelitian. Oleh karena itu, seorang peneliti hendaknya mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas aksioma alamiah. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah :
Ø Apakah fenomena yang diwakili oleh kerumitan jamak itu suatu ”konstruksi”? Jika psikolog sosial menyelidiki perilaku kelompok, tampaknya akan lebih baik baginya untuk berasumsi bahwa ada kenyataan sosial jamak yang dibentuk oleh pemeran serta.
Ø Apa derajat hubungan peneliti-fenomena, dan apa derajat ketidakpastian yang akan diperkenalkan kedalam penelitian ? Kehadiran seorang peneliti sosial peneliti sosial dapat mempengaruhi perilaku anggota-anggota yang akan sedang diamati terutama apabila ia melakukan pengamatan berperan serta.

3. Penentuan dari mana dan dari siapa data dikumpulkan
Penentuan dari mana dan dari siapa data dikumpulkan pada dasarnya berkaitan dengan penentuan tempat penelitian dan satuan kajian. Penentuan satuan kajian itu jelas bersumber dari fokus penelitian. Penelitian dalam hal ini hendaknya menentukan satuan kajian terlebih dahulu. Langkah berikutnya adalah merancang sampel bertujuan.



4. Penentuan Tahap-tahap Penelitian
Pada dasarnya, karena penelitian alamiah mengandalkan ”tidak tahu apa yang diketahui”, maka suatu penelitian hendaknya dilakukan dalam tahap-tahap tertentu. Tahap pertama ialah mengetahui sesuatu yang perlu diketahui. Tahap ini barangkali dapat dinamakan tahap ”orientasi dan memperoleh ganbaran umum”. Tujuan pada tahap ini ialah memperoleh informasi tentang latar yang nantinya diikuti dengan merinci informasi yang diperoleh pada tahap berikutnya.
Tahap kedua dinamakan tahap ”eksplorasi fokus”. Sesudah tahap pertama, peneliti menyediakan waktu untuk menyusun ”petunjuk” memperoleh data seperti petunjuk wawancara dan pengamatan. Pada tahap inilah pengumpulan data itu dilaksanakan, kemudian diadakan analisis dan diikuti dengan laporan hasil analisis data yang dilakukan.
Tahap ketiga ialah tahap pengecekan dan pemeriksaan, keabsahan data, terutama untuk mengadakan triangulasi, pengecekan anggota dan auditing. Pada tahap ini biasanya diadakan penghalusan data yang dilakukan pada subjek atau informasi.

5. Penentuan Teknik Penelitian
Pemilihan teknik penelitian pada dasarnya dibimbing oleh fokus dan situasi serta jadwal waktu yang ditetapkan, diantaranya menyangkut cara memperoleh data dari suatu obyek penelitian.

6. Perencanaan Pengumpulan dan Pencatatan Data
Teknik pengumpulan data yang pertama-tama digunakan adalah wawancara, kemudian pengamatan, pengumpulan dokumen, dan semacamnya. Untuk melaksanakan teknik-teknik tersebut tentu saja bagi peneliti diperlukan persiapan, misalnya bagaimana menyusun ”protokol” wawancara dan petunjuk pengamatan.

7. Perencanaan Prosedur dan pelaksanaan Analisis Data
Cara analisis dan penafsiran data dilaksanakan sesuai prosedur dan mengikuti langkah-langkah sejak pertama tiba pada latar penelitian sampai pemrosesan data. Hal ini jelas berbeda dengan cara non kualitatif yang biasanya analisis data itu baru dilaksanakan setelah seluruh data selesai dikumpulkan.

8. Perencanaan Perlengkapan Penelitian
Perencanaan perlengkapan atau logistik dalam penelitian kualitatif dapat dikelompokan ke dalam beberapa kategori, pertimbangan logistik secara keseluruhan sebelum proyek, pengadaan perlengkapan sebelum terjun ke lapangan, perencanaan perlengkapan selama berada di lapangan, dan perencanaan logistik untuk mengakhiri dan menutup kegiatan.

9. Perencanaan untuk Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data hendaknya secara keseluruhan. Untuk memenuhi kegiatan ini diberikan berikut ini :
1). Sejauh manakah hubungan peneliti di lapangan dalam rangka ke ikut sertaan pada obyek penelitian?
2). Bagaimanakah mengatur kegiatan wawancara atau pengamatan dari yang longgar-terbuka makin menjadi tertutup-terstruktur?
3). Bagaimanakah triangulasi dilakukan? Dengan metode apa? Dengan sumber apa? Dengan berapa peneliti?
4). Bagaimanakah pelaksanaan diskusi sejawat? Siapa yang akan berperan serta?
5). Hal apakah yang akan dilakukan dalam menangani kasus negatif sehingga dapat dijelaskan dari segi fenomena yang diamati?
6). Kecukupan bahan apakah yang akan dikumpulkan? Bagaimanakah hal itu dapat dicapai? Kapan dan siapa yang akan memanfaatkannya?
7). Bagaimanakah teknis pelaksanaan pengecekan anggota sewaktu para peneliti kembali ke lapangan penelitian? Diadakan beberapa kali, dan bagaimana pelaksanaannya yang terkhir?
8). Bagaimana menyiapkan uraian rinci itu? Informasi apakah yang dapat dikumpulkan untuk disintesiskan dalam uraian rinci itu?
9). Bagaimana merencanakan dan melaksanakan penjajakan auditing seperti kegiatan pemeriksaan keabsahan dan terakhir guna memelihara kriteria ketergantungan dan kepastian?

D. KERANGKA RANCANGAN PROPOSAL PENELITIAN
Setelah memperlajari beberapa kerangka rancangan penelitian dan dengan menganalisis unsur-unsur suatu kerangka penelitian, dibawah ini dikembangkan satu kerangka rancangan penelitian kualitatif yang dapat dimanfaatkan ketika membuat usulan penelitian (research Proposal), baik untuk keperluan tesis, disertasi ataupun usulan penelitian suatu proyek.

Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Penelitian dan Perumusan masalah
C. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Bab II. ACUAN TEORI
A. Acuan Teori (berkaitan dengan Fokus Penelitian)
B. Acuan Teori (Sub fokus 1)
C. Acuan Teori (Sub fokus 2)
D. Acuan Teori (Sub fokus 3), dst.

Bab III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Deskripsi Latar, Sumber data, Satuan kajian
B. Metode / Teknik Penelitian
C. Data dan Sumber Data
D. Prosedur Pengumpulan Data
E. Analisis Data
Bab IV. PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi data
B. Temuan Hasil Penelitian
C. Pembahasan Temuan Hasil Penelitian
Bab V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN.
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran-saran

E. DESKRIPSI POINTER PROPOSAL
Berbagai model proposal penelitian tersedian apabila kita mendalaminya dalam literatur, terutama masing-masing perguruan tinggi di luar menggunakan modelnya sendiri-sendiri. Kerangka proposal yang dikemukakan di atas adalah salah satu diantaranya, dan hal ini sudah penulis sintesiskan dari berbagai model yang ada. Jika sesuatu perguruan tinggi ada aturan tentang penulisan proposal penelitian sebaiknya agar hal itu diikuti oleh para mahasiswanya.

1. Latar Belakang
· Pada bagian ini diuraikan situasi dan kondisi menarik perhatian peneliti dan pembaca pada umumnya yang didalamnya dibahas kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.
· Kemukakan hal-hal yang ingin diketahui dan alasan mengapa peneliti tertarik dengan topik tersebut.
· Kemukakan juga mengapa hal itu perlu diteliti.
· Berikan gambaran pula apa yang diharapkan sebagai hasil penelitian ini.

2. Fokus dan Perumusan masalah Penelitian
· Tetapkan fokus penelitian
· Temukan sub-sub fokus yang terkait dengan topik penelitian
· Runuskan masalah penelitian dengan jalan mengaitkan fokus dengan sub-sub fokus yang menjadi pertanyaan untuk dicarikan jawabannya
· Rumuskan masalah penelitian harus menjawab pertanyaan ’apa yang akan diselesaikan peneliti dalam melakukan penelitian ini’.
· Masalah penelitian itu dikemukakan dalam bentuk pertanyaan yang dirumuskan secara tajam yang ingin dicari jawabannya dalam penelitian ini
· Rumusan dengan menggunakan kata-kata yang dapat dengan bahasa yang efisien.

3. Tujuan Penelitian
· Tujuan penelitian merupakan pernyataan operasional yang merincikan apa yang akan diselesaikan dan dicapai dalam penelitian ini.
· Tujuan itu dirumuskan sebagai upaya yang ditempuh oleh penelitian untuk memecahkan masalah.
· Rumusan tujuan itu menjawab pertanyaan (1) bagaimana peneliti menggunakan hasil penelitiannya, (2) Bagaimana profesi sejenis menggunakan hasil penelitiannya.


4. Manfaat Penelitian
· Dalam bagian ini dikemukakan apa yang kiranya menjadi kegunaan hasil penelitian baik bagi dunia ilmu pengetahuan bidang ilmu itu sendiri dan masyarakat pada umumnya.
· Manfaat penelitian dirumuskan secara singkat dan dengan bahasa yang tepat.

5. Acuan Teori
Hal ini berbeda dengan yang digunakan dalam penelitian kuantitatif, karena di sini bukan untuk mengkaji teori tetapi sekedar memahami konsep apa yang ingin diteliti.
Misalnya : Fokus-Pemeliharaan gizi dalam keluarga
Subfokus 1: Persepsi orang tua tentang keluarga
Subfokus 2: Tingkat kehidupan sosial ekonomi orang tua
Subfokus 3: Orang pedesaan dan pemeliharaan gizi
Acuan teorinya adalah :
· Pemeliharaan gizi dalam keluarga
· Tingkat kehidupan sosial ekonomi
· Sikap orang pedesaan tentang pemeliharaan gizi

6. Metodologi penelitian
Latar penelitian, sumber data, dan satuan kajian ditempuh peneliti untuk memasuki latar (entry) bagaimana memperoleh izin, dsb.
· Kemukakan metode yang digunakan : naturalistik, etnografi, studi kasus, ’action research’, dan deskripsikan secara singkat.
· Deskripsikan pula secara singkat peranan dan fungsi peneliti sebagai instrumen penelitian.
· Uraikan tentang patokan pemilihan informasi, bagaimana proses pemilihannya.
· Kemukakan tentang jadwal waktu penelitian.

7. Data dan Sumber Data
· Data apa yang dikumpulkan?
· Apa dan siapa yang menjadi sumber data (jika belum dikemukakan sebelumnya), apa satuan kajiannya (unit of analysis-nya)
· Kemukakan bagaimana menjaga kerahasiaan sumber data
· Apakah pemilihan sumber data sesuai dengan teori dan pertanyaan penelitian?

1. Prosedur Pengumpulan Data
Kemungkinan langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data (dikaitkan dengan metode / teknik penelitian yang digunakan)

2. Analisis Data
· Jelaskan rencana analisis data (memilih salah satu model analisis data atau dua model di antaranya).
· Uraikan secara singkat bagaimana proses analisis data yang ditempuh










BAB X
TEKNIK PENULISAN LAPORAN PENELITIAN

A. FUNGSI LAPORAN PENELITIAN
Penulisan laporan hasil penelitian memiliki manfaat dan fungsi yang luar biasa. Khusus bagi perguruan tinggi, laporan hasil penelitian itu dimanfaatkan untuk keperluan studi akademis. Setiap kali mahasiswa akan mengakhiri studi, salah satu tuntutan akademisnya ialah diwajibkan mengadakan penelitian dan menyusun skripsi atau tesis untuk studi S1 dan S2, serta disertai untuk S3.
Penulisan hasil penelitian dapat pula dimanfaatkan untuk keperluan publikasi ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya sehingga diketahui oleh masyarakat banyak.

B. LANGKAH-LANGKAH PENULISAN LAPORAN
Pertama, adalah menyusun materi data sehingga bahan-bahan itu dapat secepatnya tersedia apabila diperlukan. Tugas ini hendaknya dapat diselesaikan selama pemrosesan data berlangsung.
Kedua, penyusunan kerangka laporan. Kerangka laporan itu hendaknya dipersiapkan sesuai dengan data yang ditemukan. Penulis hendaknya menyadari bahwa kerangka yang disusun diawal ini akan beberapa kali mengalami perubahan.
Ketiga, mengadakan uji silang antara indeks bahan data dengan kerangka yang baru disusun. Jika indeks yang disusun terlalu banyak, penulis hendaknya membuat ikhtisarnya agar mudah di uji silangkan.
Setelah pekerjaan tersebut selesai, barulah penulis siap menghadapi yang sebenarnya, yaitu membuat laporan sesuai kerangka yang dibuat.


C. TEKNIK PENULISAN LAPORAN
Menurut Bogdan dan Biklen (1982: 172-175), cara penulisan suatu laporan penelitian biasanya diarahkan oleh suatu ”fokus” yang berarti bahwa penulis memutuskan untuk memberitahukan keinginannya kepada para pembaca.
Hal lain adalah gaya penulisan. Terdapat gaya penulisan formal tradisional dan pihak lain ada gaya non tradisional yang penulisannya terlampau longgar, deskriptif, menceritakan peristiwa yang panjang terlebih dahulu, baru pada akhirnya menarik kesimpulan. Pada gaya tradisional menyajikan laporan penulisan atau pandangannya secara didaktis. Sejak awal penulis sudah menyatakan isinya dan berargumentasi, menyajikan aspek-aspek kunci perspektifnya, dan menyajikan contoh-contoh data.
Gaya nontradisional agak kontroversi dalam cara menyajikan latar penelitian, karena ditulis seperti novel dimana penulis menciptakan suasana bahkan kadang-kadang penulis ikut berperan serta dalam laporannya.
Ada enam macam petunjuk penulisan yang diberikan oleh Loncoln dan Guba (1985: 365-366) yang kiranya dapat bermanfaat dalam penulisan laporan penelitian, yaitu:
1. Penulisan hendaknya dilakukan secara informal.
2. Penulisan itu hendaknya tidak bersifat penafsiran atau evaluatif kecuali bagian yang mempersoalkan hal itu.
3. Penulisan hendaknya menyadari jangan sampai terlalu banyak data yang dimasukkan.
4. Penulisan hendaknya tetap menghormati janji tidak menuliskan nama dan menjaga kerahasiaan.
5. Penulisan hendaknya menetapkan batas waktu penyelesaian laporannya dan bertekad untuk menyelesaikannya.


D. PENELAAHAN HASIL PENULISAN
Jika menginginkan suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggung-jawabkan, salah satu cara untuk melaksanakannya mengadakan penelaahan (review) terhadap laporan yang telah selesai disusun. Itulah yang merupakan maksud dan tujuan di adakannya penelaahan.
Pemahaman tentang penulisan suatu karya tulis ilmiah beragam, namun secara tradisional komunitas ilmuwan telah memiliki suatu standar. Hanya standar itu barulah terbatas pada format dan urutannya. Tulisan ini akan mempersoalkan : apa, mengapa, dan bagaimana penulisan karya tulis ilmiah. Tujuan penulisan bagian yang berjudul ”penulisan karya tulis ilmiah” ini lebih merupakan upaya untuk lebih memperjelas konsep dasar karya tulis ilmiah ditinjau dari segi kriteria yang melandasinya, struktur dan format. Serta pada bagian akhir dikemukakan semacam panduan penulisan karya ilmiah.
Terlebih dahulu dapat dikemukakan tidak semua makalah termasuk tulisan atau karya ilmiah. Hal ini dikatakan bahwa makalah dapat dibedakan atas makalah ilmiah dan makalah teknikal. Makalah ilmiah adalah laporan tertulis yang menguraikan hasil orisinil dari suatu penelitian. Di pihak lain, makalah teknis adalah makalah yang disusun untuk keperluan tertentu dan tidak terlalu dekat pada kaidah-kaidah penulisan makalah ilmiah.
Dikemukakan oleh Schulman bahwa penulisan karya ilmiah pada dasarnya adalah untuk menemukan sesuatu yang baru dalam ilmu pengetahuan. Temuan demikian hendaknya sesuatu yang sangat fundamental, sehingga dapat menyakinkan komunitas ilmiah umumnya dan mereka yang memberikan dana untuk membiayai penelitian.
Dengan demikian banyak temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan terkuak yang dengan sendirinya akan memperbanyak hazanah ilmu pengetahuan dan akan menyumbang bagi kemajuan bangsa.
Karya ilmiah ditulis untuk komunitas ilmiah umumnya, dan secara khusus ditulis untuk keperluan khusus tertentu, apakah karena pesanan, penugasan akademik, kewajiban menghasilkan karya ilmiah karena tuntutan kenaikan tingkatan jabatan tertentu, seperti keperluan kanaikan pangkat dosen, widiaswara, dll. Hal ini berarti bahwa pengungkap adanya penulisan karya tulis ilmiah menjadi penting dan banyak manfaatnya.

1. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan suatu karya tulis ilmiah adalah penting karena hal ini menjadi dasar para penulis atau para ilmuwan tertarik untuk berkarya dalam bidang ilmu pengetahuan dengan jalan menulis karya ilmiah. Suatu makalah yang baik mempunyai dua tujuan yaitu : 1. harus secara lengkap dan jelas menguraikan prosedur yang diikuti dan hasil yang diperoleh; 2. hal itu harus menempatkan hasil kedalam suatu perspektif dengan jalan mengkaitkannya dengan keadaan perkembangan ilmu sekarang dan dengan jalan menginterpretasikan signifikasinya dengan studi lebih lanjut.
Untuk lebih memperluas cakrawala, maksud karya tulis ilmiah suatu tulisan adalah menyajikan informasi dan informasi itu harus berupa observasi, teori, hipotesis, dan temuan, atau kombinasi dari padanya. Dengan menyajikan informasi demikian ilmuwan lainnya tertarik dengan apa yang dilakukan berkaitan dengan observasi, eksperimen, dan pemikiran penulis. Temuan penelitian dapat pula memecahkan masalah, misalnya seseorang menanam tumbuhan dengan subur tanpa menggunakan pestisida. Jadi dapatlah dikatakan bahwa salah satu tujuan pokok penulisan karya ilmiah itu adalah sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

2. Kriteria Karya Tulis Ilmiah
Tradisi komunitas ilmu pengetahuan telah lama menyepakati tentang format dan struktur penulisan karya tulis ilmiah. Penulis berkesimpulan bahwa kriteria itu banyak ragamnya.

1). Kriteria Konseptual
Ilmuwan mula-mula berpandangan bahwa kriteria ilmiah itu terdiri dari : fakta, teori dan postulat. Fakta = diuji dan hasilnya secara langsung didukung oleh sekurang-kurangnya satu fakta ilmiah; postulat = harus secara langsung didukung oleh sekurang-kurangnya satu teori ilmiah, yang berarti bahwa secara tidak langsung didukung oleh sekurang-kurangnya satu fakta ilmiah.
Para ilmuwan evolusionis mengkritik kriteria ini dan menyajikan kriteriannya sebagai berikut: suatu kriteria ilmiah harus memenuhi adanya hipotesis, teori, dan fakta. Hipotesis = gagasan; teori = suatu gagasan yang telah diuji; fakta = gagasan yang telah diuji dan diterima oleh komunitas ilmiah.
2). Kriteria Prosedural
Para ilmuwan telah menyusun format untuk ’makalah ilmiah’. Secara berurutan, makalah ilmiah terdiri dari:
Ø Judul
Ø Abstrak
Ø Pendahuluan
Ø Materi dan metode
Ø Temuan/hasil
Ø Diskusi/pembahasan, dan
Ø Kepustakaan yang dikutip
Urutan yang sangat logis ini dapatlah diaplikasikan pada semua bentuk tulisan ilmiah. Cara efektif untuk mengikutinya adalah dengan jalan menjawab empat pertanyaan berikut.
Ø Apa masalahnya? Jawaban anda adalah Pendahuluan.
Ø Bagaimana anda meneliti masalahnya? Jawaban anda adalah materi dan metode.
Ø Apa yang anda temukan? Jawaban anda adalah Hasil/Temuan.
Ø Apa makna temuan itu? Jawaban anda adalah Pembahasan/Diskusi.
3). Kriteria Teknikal
Gaya penulisan karya tulis ilmiah adalah sama yaitu: singkat, akurat, dan tidak menggunakan bahasa berbunga-bunga; harus mudah dipahami dan isinya memperbolehkan pembaca untuk dapat mereproduksi apa yang ditulis.
Walaupun bukan merupakan formula, jumlah halaman perlu pula diperhatikan. Jumlah halaman dapat digunakan pegangan sebagai berikut :
Ø Abstrak dan Pendahuluan = 1 halaman
Ø Materi dan Metode = 3 halaman
Ø Hasil/temuan = 4 halaman
Ø Pembahasan = 3 - 4 halaman
Ø Kepustakaan = 1 - 2 halaman

Judul
Gunakan kata-kata seirit mungkin yang menggambarkan isi ’makalah ilmiah’. Judul isinya harus informatif, khusus, dan singkat. Judul tidak boleh berisi kependekan, formula, atau jargon, karena akan menimbulkan masalah.

Abstrak
Karya ilmiah dimulai dengan Abstrak , yang tidak boleh melebihi 250 kata. Abstrak itu harus menentukan secara jelas apa yang dipersoalkan dalam karya atau makalah itu, yaitu harus mencakup:
1). Menyatakan tujuan pokok dan lingkup penelitian/investigasi
2). Menguraikan metodologi yang digunakan.
3). Mengikhtisarkan hasil yang ditemukan.
4). Menyatakan kesimpulan utama.




Pendahuluan
Aturan yang disarankan dalam pendahuluan adalah :
Ø Harus dikemukakan secara sejelas mungkin hakikat dan lingkup masalah yang diteliti.
Ø Harus mereview kepustakaan terkait untuk mengarahkan pembaca.
Ø Menguraikan keadaan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini.
Ø Harus menyatakan metode yang digunakan dalam penelitian. Alasan pemilihan metode wajib dikemukakan.
Ø Harus menyatakan temuan pokok dalam penelitian.

Materi dan Metode
Materi dan Metode ini harus diuraikan secara rinci agar para pembaca lainnya dapat mengadakan pengulangan penelitian. Penulisan bagian ini harus dilakukan secara berhati-hati karena hal ini menjadi pokok uraian metode ilmiah anda yang menuntut agar penelitian dapat diulangi oleh penelitian lainnya.
Bagian ini pada dasarnya menjawab pertanyaan: dimana, kapan, dan bagaimana studi itu dilakukan. Rumusannya harus berhati-hati, sesingkat dan serinci mungkin. Di sini dikemukakan teknik sampling dan analisis data dengan statistik (jika penelitian kuantitatif).

Hasil / Temuan
Data secara singkat dikemukakan pada bagian ini. Gambar dan tabel dikemukakan disini untuk lebih memperjelas uraian. Jangan memasukkan data kasar (raw data). Hasil ini harus sangat jelas, singkat dan padat. Bagian ini secara jelas menyatakan temuan penelitian yang diperoleh. Bagian hasil ini tidak boleh menginterpretasikan data.


Pembahasan / Diskusi
Komponen pokok dari bagian ini adalah mengemukakan prinsip-prinsip, hubungan dan generalisasi dari data penelitian yang dianalisis.

Kepustakaan
Membuat daftar kepustakaan berurutan secara alfabetis, dan hanya dikutip dalam makalah ini yang dikemukakan. Format yang lazim digunakan dalam penulisan karya ilmiah agar diindahkan.

Dari segi teknis saran-saran dibawah ini akan bermanfaat bagi penulisan karya ilmiah, yang akan dikemukakan sebagai berikut.
· Tulislah secara jelas dan singkat.
· Hindari slogan dan jargon
· Hindari kata-kata pasif. Gunakan kata-kata aktif jika dimungkinkan
· Ikuti format karya tulis ilmiah
· Gunakan kata ganti orang pertama, misalnya ’kami berkesimpulan’
· Hindari penggunaan pandangan sendiri
· Singkatan agar diperjelas terlebih dahulu pada permulaan
· Gunakan judul/sub judul pada setiap komponen makalah.






DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Black, James A & Dean J. Champion. 1999. Metode Dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Chourmain, M.A.S. Imam. 2006. Acuan Normatif Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Al-Haromain Publishing House.

Gulo, W. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Lexy J. Moleong, Prof, Dr, MA. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nazir, Mohammad, Ph.D. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Singarimbun,Masri. 1995. Metode Peelitian Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Sukardi, Prof, Dr. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono, Prof, Dr. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.












Tidak ada komentar: